Sabtu, 22 Mei 2010

mencari Tuhan lewat sesama


Saya bersama gery dan aji mendapat kesempatan live in di sanggar akar. Saya berangkat jam 7 pagi dan tiba di sanggar akar jam 11 siang. Sesampainya di sanggar akar saya langsung menemui Pak Susilo sebagai ketua di sanggar akar. Keadaan tempat disana juga tidak seperti bayangan saya, ternyata disana tempatnya nyaman dan cukup teduh sekali. Saya langsung berfikir enak sekali tempat ini, saya pasti bisa betah tinggal disini apalagi hanya 3 hari. Saya dan teman-teman saya diam dan mencoba untuk mulai beradaptasi. Tiba-tiba berita itu sampai pada telinga saya, yaitu bahwa kita akan dipisah tempat live in nya. Sejenak saya bersama teman saya hanya diam menanggapi berita dadakan itu. Kami disuruh berunding untuk menentukan tempat yang akan ditempati.
Tempat yang harus saya dan teman-teman pilih adalah sanggar akar, desa Penas, dan Kampung melayu. Saya mencoba memilih daerah kampong melayu dengan alas an bahwa itu adalah tempat baru, jadi saya lebih bisa mencoba benar-benar live-in.
Dari sini saya dapat mengambil nilai-nilai bahwa apabila saya tidak berani mengambil keputusan yang tegas, saya akan terombang-ambing oleh ketidakpastian terus. Sehingga saya harus cepat bertindak dan bekerja. Dan saya juga berfikir bahwa apabila saya tidak berani untuk mengambil kesempatan yang belum pernah saya alami, maka hidup saya akan seperti di dalam lingkaran, tidak maju dan berkembang dan hanya berkembang pada satu titik saja. Apabila saya berani, saya akan menjadi pribadi yang bisa survive di daerah manapun dan kapanpun dan mejadi orang yang berkepribadian mandiri dan taat..
Tepat jam setengah 7 malam aku di antar oleh Hatta salah satu anak sanggar menuju ke tempat live-inku. Aku penasaran sekali dengan daerah tempat tinggalku nanti.akhirnya aku tiba di tempat tinggalku. Ternyata sebuah kontrakan yang sempit dan penuh, tetapi ada tersisa 1 kamar kosong dan itu ruangan yang akan saya pakai selama 3 hari ini.beberapa saat saya sudah berkenalan dengan beberapa anak-anak di daerah situ yakni parman, risky, kiki, fauzan, dan ojan. Rata-rata umur mereka masih sekitar 10 tahun. Pada malam itu tepat adanya rapat untuk festival kampong. Sehingga banyak anak muda yang dating ke tempat saya. Saya baru sadar ternyata kamar yang saya tempati itu adalah tempat secretariat mereka. Setelah saya amati para anak-anak di sekitar situ, ternyata terdapat pro dan kontra antara mereka. Mereka sering bertengkar karena disana dibagi menjadi dua kelompok, yakni anggota The Jack dan anggota Viking. Itu semua disebabkan mereka sering mengikuti acara nonton sepak bola bersama di stadion, sehingga kehidupan mereka pun terlihat keras.
Dari sini saya dapat satu nilai kehidupan lagi bahwa manusia hidup dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Jadi manusia akan mengikuti cara kehidupan sekitar. Hidup ini kadang terasa keras, kejam, dan tanpa pandang bulu tetapi selain itu hidup juga kadang terasa manis, indah, dan menyenangkan. Itu semua pengaruh dari pikiran manusia. Semua itu muncul karena pikiran manusia. Semua tubuh kita dikendalikan oleh pikiran. Terkadang ketika saya menghadapi masalah yang besar, saya merasa hidup saya berat dan penuh dengan kesialan, tetapi setelah saya refleksikan bahwa itu bukanlah masalah, melainkan cobaan Tuhan kepada hambanya. Saya juga yakin bahwa Tuhan juga tidak pernah memberikan cobaan kepada hambanya lebih dari pada kemampuan seorang hamba. Maka dari itu apabila saya diberi tanggung jawab yang besar, itu saya percaya bahwa Tuhan mempercayakan itu kepada saya. Dan saya selalu yakin apabila itu semua diberikan Tuhan pada saya, saya pasti bias menyelesaikan itu semua.
Dari pengalaman live-in ini saya dapat nilai-nilai yang berguna bagi saya adalah saya harus bias menjadi manusia yang bias survive di segala daerah kapanpun dan dimanapun. Pengalaman ini saya anggap sebagai guru saya nanti ketika saya akan lanjut ke tarekat SVD sebagai misionaris di tanah misi. Dan saya jadi tahu, menyampaikan kabar kembira Tuhan bukan hanya dengan kata-kata, tetapi bias juga dengan perbuatan kita sehari-hari. Apabila saya bias mencerminkan sikap hidup yang diajarkan Yesus Kristus, saya sudah bisa melambangkan Yesus kepada sesama saya. Dan saya sudah mewartakan Yesus kepada sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar